Kamis, 11 Mei 2017

Baca Dulu Baru Coment


Oleh : Abdul Fatah, S.Pd., MM

Akhir-akhir ini, HTI makin masif dan terang-terangan menyuarakan revitalisasi kehidupan dalam masyarakat Indonesia, dengan metode yang menurut kelompok dakwah ini jauh lebih baik dan cepat, yaitu menerapkan hukum Syariah Islam dengan metode kekhilafahan. Masyarakat Indonesia yang majemuk menjadi terbelah opininya, antara menolak, mendukung dan tidak peduli.

Dakwah HTI dan semua ide yang didakwahkan sangat mengganggu kelompok masyarakat yang menolaknya. Makin meluas HTI berkampanye, makin kuat rasa tak senang dari kelompok ini. Setiap ada kabar tentang dakwah HTI, hatinya langsung meradang, marah, dan benci.

Ini berlangsung terus menerus, membawa mereka pada perasaan tertekan (stress), bahkan hampir depresi. Saat diajak untuk mendengar atau memikirkan sedikit saja ide dari HTI, mereka akan lari menjauh sambil menutup rapat-rapat telinganya. Stigma dalam benaknya selalu bahwa HTI dan idenya itu sesat, oportunis, mustahil, mengancam, dan merusak tatanan yang sudah ada sekarang. Hidup mereka menjadi sangat tidak tenang dan tidak nyaman. Mengapa tak nyaman?

- Sebagian ummat berpikir, “Indonesia ya seperti ini sudah, tidak bisa diubah-ubah lagi. Ini sudah final, sudah harga mati ! NKRI, Pancasila, UUD 45, Bhinneka Tunggal Ika. Tidak mungkin ! Apalagi mau pakai hukum syariah. Tolak !”. Bagian ummat ini marah besar pada saat HTI yang dianggap ‘menggoyang’ 4 pilar itu.

- Gara-gara HTI, pikiran masyarakat makin terbuka dan tercerahkan. Intelektualitas dalam HTI membuatnya sangat mudah diterima semua kalangan. Maka kelompok lain merasa terancam peran atau eksistensinya sehingga kemudian tak berhenti mengkampanyekan penolakan atas HTI. Saat ada wacana bubarkan HTI, maka mereka akan bersorak girang, bertepuk tangan kencang sambil ‘bersyukur’.

- HTI kerap mengkritik aneka kebijakan pemerintah yang tidak memihak pada rakyat. Walaupun, pada tiap kritikannya HTI selalu menawarkan solusi, namun pemerintah merasa gerah karena didiskreditkan terus. Sungguh ini tak nyaman bagi oknum pemerintah. Maka mereka menuduhkan aneka macam agar masyarakat juga tak nyaman dengan HTI.

- HTI berusaha meluruskan pemikiran ummat, namun orang-orang yang tidak mau diluruskan, dan merasa apa yang ada saat ini sudah nyaman (comfort) akan sangat terusik, hatinya selalu gundah penuh kebencian. Alangkah tidak nyamannya hidup terus ‘diserang’ oleh faham-faham dari HTI.

- Pertumbuhan simpatisan HTI sangat pesat karena karakteristik dakwahnya, maka orang-orang yang tak suka, akan selalu resah hatinya dan mati-matian menghalangi perkembangan pergerakan ini. Begitu ada kegiatan dari HTI, maka hati yang sudah terbakar amarah itu ingin cepat-cepat membubarkannya. Tak peduli lagi apa materi kajian Islam yang sedang didakwahkan HTI, pokoknya bubarkan!

- Sebagian pelaku bisnis yang usahanya terkait kapitalisme dan ribawi pasti merasa sangat benci dengan visi dan misi HTI. Mereka merasa terancam bisnis jika syariah Islam benar-benar diberlakukan. Terkadang muncul pertentangan dalam batinnya, namun naluri ego-nya terus berusaha mengalahkan pemahaman yang benar. Mereka tak mau terus menerus diganggu dengan itu.

Maka, kepada bagian ummat yang tak nyaman ini, saya menghimbau untuk tenang. Yakinlah bahwa Allah Swt. Mahatahu yang terbaik untuk kita.

Tenang saja. Persis seperti dakwah Islam di jaman Nabi Muhammad dulu, pemahaman yang berbeda kala itu, tidak bisa dicegah, tidak bisa dihalangi atau dibubarkan. Tapi justru berkembang semakin pesat.

Tenanglah, saat Islam berjaya (bukankan ini juga cita-cita kita semua) kelak, maka kita semua pasti, sekali lagi pasti, akan menikmati hidup yang indah dan nyaman, karena dalam naungan ridho dari Allah Swt. Inilah nyaman sejati yang harus kita kejar.

Sekali lagi saya himbau untuk tenang, buang jauh-jauh rasa benci dan tak nyaman itu. Suka atau tidak suka, nyaman atau tidak nyaman, sesungguhnya kita semua sedang bergerak mengarah ke sana, ke arah kebaikan ummat manusia, yang bersyariah dalam frame khilafah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar