Kamis, 18 Mei 2017

HTI MAKIN DI HATI DAN DI MINATI




Dukungan Menguat, HTI Ternyata Dekat di Hati Masyarakat BERGERAK

Sejak diumumkannya rencana pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) oleh Menkopolhukam beberapa waktu lalu, heboh soal HTI mencuat. Tak heran, nama HTI memenuhi halaman media dan menjadi topik diskusi yang hangat di beberapa tempat. Uniknya, di tengah pro-kontra wacana tersebut, satu persatu tokoh-tokoh penting negeri ini justru tampil secara perlahan memberi dukungan kepada HTI. Mulai dari tulisan, meme, keterangan lisan yang terekam insan pers, hingga forum-forum tokoh digelar untuk menunjukkan dukungan terhadap HTI.

Prof. Yusril Izha Mahendra misalnya, seorang pakar hukum tata negara, berkata, “Walaupun belum tentu semua umat Islam Indonesia sefaham dengan pandangan keagamaan HTI, namun keberadaan HTI selama ini dihormati dan diakui kiprah dakwahnya”. Fahri Hamzah, wakil ketua DPR RI, di tengah hangatnya isu ini menjelaskan, “HTI harus mendapatkan panggung yang adil di hadapan pengadilan untuk menjelaskan berbagai tuduhan yang dialamatkan padanya”.

Fadli Zon, yang juga merupakan wakil ketua DPR, ketika diwawancarai oleh media masa terkait isu ini memaparkan, “Pemerintah tidak bisa sewenang-wenang dan ngawur di dalam melakukan pembubaran sebuah organisasi masa, apalagi yang pengikutnya jumlahnya cukup besar, tentu ini akan menimbulkan kegaduhan baru, dan kegaduhan baru itu tentu saja tidak baik bagi ekonomi juga. Jadi pemerintah jangan mencari-cari masalah yang tidak ada tetapi tidak menyelesaikan masalah yang ada”.

Suhari R.H, direktur PSAC (Political and Strategic Analysis Center) berujar, “HTI hadir tidak membawa ajaran baru. Khilafah yang diperjuangkan sebagai solusi keterpurukan dunia adalah janji Allah dan berita gembira Nabi-Nya. Mayoritas ulama sepakat mewajibkannya. Jadi aneh jika ada yang begitu bernafsu ingin membubarkannya”. Mahfud A., direktur Indonesia Change menegaskan, “HTI tampil sebagai triger di masyarakat untuk perubahan yang tidak hanya lebih baik, tapi juga lebih bermartabat dan lebih berkah. Membiarkan HTI dibubarkan berarti membiarkan umat terjun bebas menuju kehancuran dan kenistaan”.

Achmad Michdan, seorang pengacara senior menyampaikan, “(Pembubaran) inilah sikap menunjukkan pemerintah tidak peka dalam kebijakan hukum, terkesan paranoid menyikapi koreksi umat Islam karena HTI adalah bagian dari umat Islam Indonesia”.

Hal senada juga diungkapkan oleh ketua MUI Jatim Bidang Dakwah dan Pengembangan Masyarakat, KH. Abdusshomad Bukchori. Beliau mengatakan, “Itu juga anak-anak kita semuanya rakyat Indonesia … sepertinya ada pihak yang mengadu domba, ini kita mesti hati-hati”.

Dukungan juga datang dari para ulama Banten. Sehari setelah pengumuman rencana pembubaran HTI, mereka berkumpul dalam acara Mudzakarah Ulama di Ponpes Massa’aratul Muhtajin Kesultanan Banten Lama Kasmen Pimpinan KH. TB. Fathul 'Adhim dalam rangka memberi dukungan kepada HTI dan menolak rencana pemerintah tersebut. Bahkan di gelanggang dunia maya dapat kita jumpai foto cucu Syaikhona Kholil, KH. Dr. Abdul Wahid Maktub bersama Ustadz Rohmat S. Labib, ketua umum DPP HTI, seraya memberi dukungan moril kepada HTI.

Data dukungan yang tertulis di atas tentu saja hanya segelintir bagian dari sekian banyak dukungan yang rakyat berikan kepada HTI. Rasanya tak habis-habis nama tokoh-tokoh penting dan berpengaruh di negeri ini yang tampil memenuhi ruang berita dalam membela perjuangan HTI.

Hingga tulisan ini dibuat, kabar-kabar dukungan terbaru masih saja bermunculan dan tak sempat terakomodir dalam catatan ini. Secara logika, kemunculan semua dukungan tersebut dapat dibilang merupakan keberpihakan rakyat terhadap HTI. Dengan kata lain, kehadiran Hizbut Tahrir di Indonesia selama ini sesungguhnya telah diterima dengan baik oleh masyarakat. Andai saja HTI adalah ormas yang tak berakhlak, sering berbuat anarkis, mengganggu ketentraman, berbahaya bagi masyarakat, atau memecah belah persatuan negara, tentu saja dukungan rakyat terhadap HTI tidak akan sebesar ini, atau bahkan justru sejak awal sudah mereka musuhi. Namun faktanya tidaklah demikian, justru kini HTI semakin terkenal dan dukungan untuknya kian berdatangan. Inilah ekspresi natural manusia, membela yang dicinta.
Rakyat Indonesia nampaknya telah mampu dan jeli melihat fakta, tak mudah terprovokasi oleh media-media tendensius. Semoga pemerintah segera menyadari sikap berlebihannya ini yang telah menuai banyak penolakan dari rakyatnya, mengingat jumlah anggota dan simpatisan Hizbut Tahrir di Indonesia tidak bisa diremehkan begitu saja, hampir ada di setiap kota atau kabupaten di seluruh bagian Indonesia. Dan mudah-mudahan saudara-saudara yang ada di HTI serta para pendukungnya tetap tabah dan kuat melewati ujian dakwah yang semakin hari semakin meninggi.

Oleh: Firdaus Bayu (Pusat Kajian Multidimensi)

#KhilafahAjaranIslam
#KamiBersamaHTI


Tidak ada komentar:

Posting Komentar